Minggu, 07 Maret 2010

Peninggalan Sejarah di Puncak Gunung Tampomas

Gunung Tampomas dengan kekuatan fenomena alamnya memang begitu indah,unik, penuh misteri dan mampu menggoda jiwa petualang bagi para petualang alam bebas untuk mendakinya. Apalagi Gunung Tampomas di lain sisi selalu di kaitkan dengan hal-hal atau macam-macam yang sedikit agak berbau Magis. Benarkah ?
Gunung Tampomas yang berdiri gagah dan indah yang terlihat di sekitaran kota Sumedang ini memang tidak setenar gunung-gunung lainnya di Indonesia khususnya di pulau Jawa, tetapi Gunung Tampomas mampu menghadirkan pesona alam yang indah dan memberikan kepuassan bagi para pendaki yang berpetualang di alam bebasnya, dan Gunung Tampomas juga melahirkan sejumlah cerita-cerita yang sarat akan sejarah.
Diantaranya ada peninggalan Tapak (bekas) kakinya Prabu Siliwangi Raja Pajajaran yang terkenal akan kegagahan dan kesaktian-nya, dan juga makam Ranggahadi dan Istrinya yang menurut cerita mereka itu merupakan kerabat dari Prabu Siliwangi. Dan di kawasan Gunung Tampomas di temukan juga Situs peninggalan sejarah masa lalu, diantaranya seperti Batu bergambar, Pecahan Arca, Pagar Batu, Piramida Kecil, dan Patung Ganesha.
Itu semua di temukan oleh team peneliti dari Yayasan Padaringan. Situs Purbakala tersebut di temukan di timur lereng Gunung Tampomas di sekitaran Ciputrawangi, Leuweung Candi, Puncak Narimbang, Batu Lawang, Sawah Kalapa, Puncak Manik dan Blok Cibenteng. Batu Kasur yang konon merupakan tempat tidurnya Prabu Siliwangi dan Batu Padaringan yang konon di pakai tempat persembahan atau tempat musyawarah, ini membuktikan bahwa kawasan Gunung Tampomas kaya akan keindahan alam, cagar budaya serta sejarah dari keraja'an Pajajaran di masa ke-emassan-nya pada masa lalu di tataran sunda.
Batu Kasur / Pasare'an (tempat tidur)
yang konon tempat atau sempat di pakai
tempat istirahatnya / tidurnya Sang Raja
yang gagah perkasa yakni Prabu Siliwangi.
Satu di antara tempat sejarah yang mungkin
membuktikan cerita tentang masa lalu.

















Batu Kasur / Pasare'an Komplek Petilasan Prabu Siliwangi














Makam Ranggahadi & Istrinya Batu Lawang di Gunung Tampomas


Batu Padaringan tempat Persembahan atau Musyawarah


Sie Bolang dari Kebon Jeruk Bandoeng

Rute Pendakian kami kali ini melalui dusun Narimbang Kec.Congeang Kab.Sumedang.
Mentari pagi masih hangat menemani kami, geliat kehidupan dusun Narimbang mulai terasa denyut-nya, satu persatu penduduk mulai beraktivitas memulai harinya dengan pergi ke Ladang dan Kebun-nya sepanjang jalan di sekitaran dusun Narimbang terlihat kebun-kebun salak, kolam-kolam ikan yang airnya berasal dari Gunung Tampomas. Untuk mencapai Gunung Tampomas terdapat beberapa rute pendakian bisa melalui Desa Cibeureum, Desa Cimalaka, atau Buah Dua.
Sedangkan jalur Desa Narimbang yang kami lalui sekarang merupakan jalur yang sering digunakan oleh para pendaki untuk mencapai puncak Gunung Tampomas. Nyanyian kami di sepanjang jalan TAMPOMAS NU MATAK WA'AS.
Pukul 09-00 wib kami mulai melakukan pendakian, dan belum apa-apa kami sudah di hadapkan dengan tanjakan-tanjakan yang cukup menguras tenaga, namun berkat keindahan dan kesejukkan alamnya yang disuguhkannya pada kami, itu semua dapat menghilangkan rasa letih dan lelah justru sebaliknya malah menjadi lebih semangat dan khus'syu untuk mencapai puncak berkat keindahan alam-nya.
Satu jam lebih kami tiba di pertiga'an, yaitu pertemuan rute dari arah Cibeureum, Narimbang, dan dari arah Desa Buah Dua, dari arah Desa Narimbang terus lurus menuju ke arah puncak Tampomas, karna yang berbelok ke arah kanan akan menuju ke puncak Narimbang. Sejenak kami beristirahat untuk sekedar menghapus rasa dahaga kami dan menghisap sebatang rokok sambil memandangi tanjakan yang akan kami lalui yang mungkin akan sedikit menghadang laju pendakian kami. Setelah kurang lebih seperempat jam kamipun memulai perjalanan kami, sedikit repot karna jalur yang kami lalui selain jalur yang menanjak juga tanahnya yang licin karna bercampur dengan batu-batu kecil, tapi itu semua malah membikin kami malah bertambah senang, betapa tidak di antara sahabat-sahabatku ada yang tergelincir kecil, ada yang sempat tertindih oleh sahabat yang di atasnya karna sedikit terpeleset , namun Edan, itu semua kami terima dengan tertawa-tawa dan tetap saling membantu, mungkin perkara atau hal yang seperti inilah yang bisa memperkuat / mempertahankan persaudara'an kami di setiap petualangan, justru di dalam setiap pendakian-petualangan kami melihat dan merasakan lebih besar merasa bahwa kami ini adalah satu dan satu adalah kami.
Dengan berat di punggung akhirnya kamipun sampai di sebuah batu besar, penduduk setempat yang tinggal di kaki Gunung Tampomas menyebutnya dengan BATU KUKUS. Karna menurut cerita penduduk sekitar Batu ini sering di gunakan oleh peziarah untuk bersemedi / ngalap berkah sebelum melanjutkan ziarah-nya ke tempat yang lebih tinggi, yaitu ke Patilasan Prabu Siliwangi dan Makam-makam yang berada tepat di puncak Gunung Tampomas.

Kami beristirahat di Batu Kukus sambil meregangkan kaki yang mulai terasa kaku dan pegal. Sekitar 30 menit kami beristirahat dengan di temani kesejukkan udara serta kesegar ran hembusan angin yang datang dari lembah-lembah di sekitar hutan Gunung Tampomas.
Setelah fisik kami terasa segar kembali kamipun siap untuk melanjutkan pendakian, kali ini kami dihadapkan dengan rute / trex's yang cukup menanjak dan menantang, apalagi di depan sudah siap menyambut kami yaitu Tanjakan Taraje, yang kemiringan-nya sekitar 80 derajat, di perlukan extra kehati- hatian dan tenaga extra karena jalanan terjal dan berbahaya. Batu Kukus

Selanjutnya kami harus melewati beberapa rute pendakian lagi sebelum mencapai puncak Gunung Tampomas, seperti melewati Tanjakan Taraje dan Sanghiyang Tikoro, Batu Lawang atau sanghiyang lawang, dan terakhir puncak Gunung Tampomas.

Hutan Gunung Tampomas yang bervariatif serta keharmonis- sannya, membuat perjalanan pendakian kami terasa begitu sangat menyenangkan. Sesekali suara binatang penghuni hutan saling bersahutan satu sama lain seakan-akan mengucapkan selamat datang dan salam rimba / salam persahabatan. Alhamdulillah dengan semangat dan mental yang kuat untuk mencapai puncak Gunung Tampomas, kami tiba di sebuah batu yang cukup besar ukurannya, batu ini di sebut batu Lawang, sebutan itu muncul karena persis di tengah-tengah batu itu seperti ada pintunya, oleh karena itu masyarakat sekitar menyebutnya dengan batu Lawang (pintu) dan Batu Lawang inipun sering di kunjungi oleh Batu Lawang para peziarah-peziarah.


terutama para peziarah yang datangdari sekitaran Sumedang, Cirebon, Indramayu, Majalengka dan sebagainya.

Dengan perjuangan yang keras dan banyak menguras tenaga dan cukup melelahkan sekitar 500 meter lagi kami akan mencapai puncak Gunung Tampomas, kamipun terus berjalan walau harus menahan berat beban di pundak, akhirnya kami sampai juga di Puncak Gunung Tampomas dengan cuaca yang sangat bersahabat, begitu cerah dan sungguh sungguh indah dan sujud syukurpun kami persembahkan pada-Mu ya Alloh atas ijin-Mu dalam keberhasilan kami mencapai Puncak Gunung Tampomas. Naik turun perbukitan, menjelajahi hutan-Mu, dan berpetualang di rimba-Mu sungguh pengalaman yang sangat mengasyikan dan memuaskan dan juga begitu indah dan menyenangkan ketika kami mencapai puncak-Mu. Segala lelah pegal dan peluh semuanya sirna dengan suguhan-Mu di puncak Tampomas sebagai hadiah-Mu sekali lagi sujud syukur dan rasa terima kasih kami panjatkan kepada keAgungan-Mu dan kamipun merasa lebih dekat dengan-Mu wahai sang Pencipta alam yang sungguh indah dan mempesona ini Amiin Amiin terima kasih Alloh dan tampak dari kejauhan Gunung Ciremai yang merupakan Gunung tertinggi di Jawa Barat berdiri tegap / berdiri gagah melambai-lambai seakan-akan mengucapkan selamat atas keberhasilan dan kesuksesan kami mencapai Puncak Tampomas .
Pengalaman yang akan sulit kami lupakan dan pengalaman yang sungguh sangat menyenangkan dan ta'lupa tenx's berat buat sahabat yang benar-benar sahabat kalian memang telah membuktikan bahwa kita adalah satu dan satu adalah kita.




( A.Badroen Sambas / si Bandell )
Penulis

Jl.Kebon Jeruk 187
Rt 04 / 05 Bandung 40181
Telp / Hp ; 022-4263601 / 081322080843
08562222790 / 085221004859
Email ; bagoes_bandell@yahoo.com









8 komentar:

  1. Alhamdulilah saya terkhir naik ke puncak Tampo Mas sekitar th 1997, walaupun berjalan dengan 4 kaki (merangkak) waktu melalui Sanghyang Teraje, betul sekali yg anda ceritakan, dan memang perlu dilestarikan sebab ada peninggalan2 purba yg belum terkuak.

    BalasHapus
  2. perjalanan yg menyenagkan sepertinya kang,salam kenal kang.

    BalasHapus
  3. i will be there,,,,, at 8 january 2014

    BalasHapus
  4. pengen mendaki gunung tampomas, gimn ya cara nya kang ?

    BalasHapus
  5. Saya nanjak pertama kali ke tampomas 31-08-13 lewat jalur padayungan,, bikin ketagihan,, mau kesana lagi tapi lewat cibereum,,ada pemandangan yg luar biasa sekaliguis miris lewat cibereum,, lubang besar penambangan pasir dan pembuangan sampah yg masih berjalan sampai detik ini,, mungkin ga akan ada kalimat TAMPOMAS NU MATAK WAAS lagi!! Save tampomas!!

    BalasHapus
  6. Nuhun kang ah..artikelna nu sangat berguna ieu....

    BalasHapus
  7. Alhmdllh.. 1996 abdi ngarampayak dugi ka puncak tampomas.

    BalasHapus
  8. Sampurasun...sim kuring ti Padaringan, mung bade ngaralat...saleresna sanes "ditemukan" ku Yayasan Padaringan. Arkenas parantos mendakan situs-situs ti anggangna. Padaringan mah mung nga-revitalisasi kesadaran masyarakat kana pentingna miara situs2 sejarah.

    dugi ka Padaringan dianggap "menemukan" saleresna teu lesot ti kesalah pahaman kuncen Narimbang, jenatna Ki Kasmad nu harita kabakar deui semangatna saatos sosialisasi ti Padaringan.

    Mugi janten maklum...Rahayu

    BalasHapus